PemiluUpdate

PKS Selalu menang

Pada pemilu 2009 PKS akan memenangkan pemilu di Jakarta dengat target suara 51 persen. Dan pada tahun 2012, PKS bertekad mendudukan kadernya di kursi gubernur.

» Jangan tertipu iklan politik

Saturday, March 21, 2009

PKS Selalu Menang

Pada pemilu 2009 PKS akan memenangkan pemilu di Jakarta dengat target suara 51 persen. Dan pada tahun 2012, PKS bertekad mendudukan kadernya di kursi gubernur.


PK-Sejahtera Online: PKS selalu menghadirkan kemenangan di DKI Jakarta baik dalam kontek pemilu maupun Pilkada. Demikian diungkapkan Ketua DPW PKS DKI Jakarta Ir. Triwisaksana, saat berorasi pada kampanye terbuka DPD PKS Jakarta Selatan yang digelar di Lapangan BloK S, Jum’at (20/3).

“Pada tahun 2004, PKS menjadi pemenang di DKI Jakarta. Pada tahun 2007 PKS juga menjadi pemenang di DKI Jakarta, PKS tidak kalah, PKS menang, tapi memang gubernurnya belum dari PKS,” ungkapnya.
Justify Full
Lebih lanjut, anggota DPRD DKI Jakarta ini, mengatakan bahwa pada pemilu 2009 ini, PKS akan memenangkan pemilu di Jakarta dengat target suara 51 persen. Dan pada tahun 2012, lanjut pria yang akrab dengan sebutan Sani ini, PKS bertekad mendudukan kadernya di kursi gubernur.

“Insya Allah PKS akan memang sekali lagi , dengan suara yang lebih besar dari 2004 dan 2007 yang lalu,” tekadnya mantap.

Menurut pria yang kembali mencalonkan diri menjjadi caleg DPRD DKI Jakarta dapil Jakarta Selatan ini, ada tiga alasan mengapa PKS harus memperoleh suara mayoritas di ibukota.

Pertama, PKS mengingkan DPRD DKI Jakarta menjadi lebih bersih. Dengan kemenangan PKS, terang Sani, maka DPRD akan jauh dari kolusi, korupsi dan nepotisme.

Kedua, agar DPRD lebih peduli. Dengan 24 persen kemenangan pada 2004, PKS telah mampu menghadirkan sekolah gratis di tingkat SD dan SMP. “ Insya Allah pada tahun 2009 ini, kita akan membuat SMA juga menjadi gratis,” janji Sani.

Ketiga, agar DPRD lebih profesional. Sani menilai kinerja DPRD DKI Jakarta saat tidak produkti. Dengan lebih banyak kader PKS yang masuk ke parlemen, pemegang gelar S2 dari Birmingham ini, memastikan DPRD DKI Jakakrta akan lebih produktif. (adine)

PKS Mencari Posisi Tawar?

Hingar bingar kampanye legislatif tampaknya makin seru saja. Walaupun bagi sebagian analis dan masyarakat kampanye legislatif ini hanya pemanasan sebelum pertempuran sebenarnya. Magnet terbesar sebenarnya adalah pemilihan Presiden Juni mendatang. Konfigurasi yang terus beredar tampaknya memang belum akan definitif sampai hasil pemilu legislatif dilaksanakan.

Di tengah hiruk-pikuk itu, rencana koalisi PKS dan Demokrat menarik untuk disimak. Karena resonansi rencana koalisi ini jauh berbeda ketika wacana menduetkan JK-HNW atau Sultan-HNW. Ada beberapa hal yang bisa dibaca publik. Pertama, tidak finalnya rencana koalisi PKS-Golkar terlihat dari menduanya sikap elit ke PKS, antara ke JK atau ke Sultan. Hal ini semakin diperkuat dengan manuver elit Golkar yang dimotori Surya Paloh untuk berkoalisi dengan PDIP.

Jika koalisi PDIP-Golkar ini benar terwujud, kendala untuk menempatkan siapa yang akan menjadi RI-1 akan menemui persoalan baru. Karena belum tentu pendukung Mega mau memilih jika Mega menjadi Wapres JK, atau belum tentu semua pemilih Golkar akan memilih JK jika JK menjadi Wapres Mega. Maka bisa jadi koalisi ini menjadi koalisi yang memiliki elektabilitas yang rendah.

Sebaliknya bagi SBY, dengan memilih pasangan yang tepat, walaupun dengan kandidat dari partai menengah, SBY akan memiliki kans yang sangat besar untuk terpilih kembali. Dan bisa jadi salah satu pilihan SBY jatuh kepada HNW. Dengan mesin politik PKS, HNW memiliki nilai tersendiri bagi SBY untuk mendapatkan dukungan suara dari kalangan islamis, kelas menengah dan profesional.

Kemudian, untuk menjadi buffer di parlemen dan pemerintahan, SBY dapat merangkul partai-partai papan tengah lainnya, seperti PAN, PPP dan PKB. Fakta bahwa elektibilitas SBY yang masih cukup tinggi, menjadikan partai-partai lain, terutama partai papan tengah untuk mengkalkulasi dengan lebih realistis kemungkinan untuk berkoalisi dengan SBY.

Namun ada satu hal yang menjadi pertanyaan, mengapa statement PKS ini dikeluarkan pada saat kampanya pileg ini?, Apakah tidak mengesankan bahwa publik akan menilai PKS menjadi sangat pragmatis? Atau hal ini sengaja dilakukan agar posisi tawar PKS semakin kuat dengan SBY jika nanti perolehan suara pileg PKS dan Demokrat berimbang? Tapi yang jelas, ini adalah langkah cerdas PKS, agar tidak sekedar menjadi mitra kelas dua, PKS mengambil inisiatif untuk berkoalisi dengan Demokrat.

Jika koalisi ini mampu menguasai separuh parlemen, bisa jadi ini menjadi koalisi permanen partai pendukung pemerintah, namun jika tidak, penjajakan koalisi dengan partai lain harus dilakukan.